Pemilihan Kepala desa Lenek Baru nyanter terdengar dan bicarakan ditengah-tengah masyarakat. Bahkan ada sejumlah nama-nama  bakal calon (Balon) kepala desa sudah mulai bermunculan dipermukaan bak cendawan di musim penghujan, bahkan ada beberapa bakal calon yang nyata-nyata siap berkontestasi memenangkan kursi 1 desa Lenek Baru. Padahal jadwal pilkades serentak di kabupaten Lombok timur belum jelas rimbanya.

Mengutip dari media Lombok Post, Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) masih menunggu peraturan daerah tentang Pilkades serentak sebagai payung  hukum dan acuan melaksanakan pilkades serentak kabupaten Lombok Timur. Dari sumber lain menyebutkan DPMD  kemungkinan akan menunda pilkades serentak yang dicanangkan pada tahun 2023 kemungkinan akan dilakukan diantara tahun 2024 dan 2025 disebabkan focus perhatian pada pilkada, pileg dan persiapan pilpres 2024. Ini artinya bahwa kejelasan tentang pilkades serentak kabupaten Lombok timur belum bisa dipastikan. Memang pilkades serentak yang dicanangkan tahun 2023 berimbas pada pemilihan calon kepala desa Lenek Baru sebab periodesasi kades yang menjabat sekarang berahir ditahun 2023.

Yang menjadi kekhawatiran ialah bila bakal calon (balon) Kepala Desa kita terus menggema dan digaungkan oleh orang-orang yang berkepentingan akan berdampak terhadap polarisasi masyarakat terutama pemuda yang menjadi tumpuan dan tonggak kemajuan masyarakat setempat. Miris rasanya, anak-anak muda terpolarisasi oleh kepentingan-kepentingan yang sifatnya individualistik bukan terpolarisasi yang mengarah untuk kepentingan bersama.

Tidak ada yang salah dalam hal ini sebab setiap orang atau individu memiliki hak dipilih dan memilih, bahkan hak ini dilindungi dan diakui keberadaannya dalam konstitusi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Namun alangkah bijaksananya para bakal calon (Balon) Kades untuk meredam diri dahulu sembari menunggu kepastian hukum terselenggaranya Pilkades serentak kabupaten Lombok Timur yang memang pasti dan mendasar pelaksanaanya.

Dan untuk masyarakat khususnya para pemuda juga untuk lebih bijaksana menyikapi kejadian atau temuan yang justru akan memecah belah persatuan pemuda bukan ikut serta memprovokasi atau membangun narasi yang merugikan masyarakat secara umum. Pemuda harus mengambil bagian dalam memajukan desa yang kita cintai, kita sudah dewasa baik secara umur dan mental maka usahakan menjatuhkan pilihan sesuai dengan hati nurani.

Lalu apa hal yang akan menjadi pertanyaan besar dibenak kita adalah mengapa fenomena digembor-gemborkannya Bakal Calon (Balon) kepala desa ini terjadi? Mungkinkah semua memiliki maksud atau tujuan terselubung? Maka jawabannya adalah hal-hal seperti ini jika terlalu ditanggapi dengan serius akan memunculkan opini-opini yang bersifat memprovokasi atau bahkan lebih buruk lagi. Namun titik kekhawatiran sebenarnya adalah ketika hal-hal seperti ini bertujuan unutuk mempolarisasi Masyarakat terlebih Pemuda desa setempat, karena tidak bisa kita bantah lagi Polarisasi pada masyarakat akan menyebabkan perpecah belahan pada masyarakat itu sendiri apa lagi sampai pada pemuda desa yang terpolarisasi yang seharusnya pemuda menjadi Tonggak kemajuan desa akan malah berubah menjadi ancaman atau bagian yang mendukung kezoliman dari pemimpin yang terpilih bukan dari hati nurani melainkan dari Polarisasi. Dan jikalaupun tidak ditanggapi secaara serius Masyarakat malah menjadi bahan permainan mereka yang merebutkan 1 kursi kepemimpinan tersebut atau sebut saja mereka-mereka yang memiliki kepentingan Pribadi diatass kepentingan Bersama, maka yang sikap dan tindakan yang harus diambil oleh Masyarakat dan Pemuda Desa setempat sebagai manusia yang dewasa adalah mengamati dengan cermat, tidak mudah terprovokasi oleh siapapun, bahu- membahu dalam kepentingan Bersama karena dalam persoalan memilih pemimpin kita akan mempertaruhkan beberapa tahun kedepan dan selanjutnya yang sama- sama harus dilakukan adalah menggunakan hati Nurann i dalam memilih dan sekali lagi bukan karena terpolarisasi.